Logika pemikiran yang terjebak dalam framing yang konservatif apalagi militeristik menyebabkan matinya prinsip nalar berpikir bebas dan menghambat semangat pembaharuan karena belenggu belenggu tradisi yang belum tentu berpihak kepada hal-hal yang benar. Pada masa enlightenment salah satunya John Lock dan Mountesquieu berhasil memberikan stimulus semangat pembaharuan terhadap Revolusi Amerika Serikat dan Perancis pada Tahun 1700an untuk menentukan nasib bangsanya sendiri, bahwa setiap bangsa dan anak manusia memiliki hal yang fitrah yaitu kemerdekaan disertai hak kebebasan dalam menentukan setiap pilihan yang di ambil.
Melihat persoalan intelektual hari ini para penggelut akademis di tataran perguruan tinggi nampaknya tidak memahami literasi-literasi secara benar, holistik dan komprehensif. Ini bukan bagian dari nuansa akademis yang sehat, karena sudah tidak lagi berpedoman kepada hal-hal yang kooperatif dan kompetitif untuk membangun peradaban yang didambakan oleh setiap generasi bangsa. Persoalan ini tengah menjadi sorotan bersama serta menjadi kegelisahan yang dirasakan kita semua sebagai penggelut intelektual.
Di civitas akademik faktual yang terjadi dengan membenarkan berbagai sosio-kultural yang cenderung bersifat senioristik, premanisme lebih dikedepankan. Naif rasanya alih-alih intelektual dan pembaharuan yang digembar-gemborkan nyatanya memerdekakan diri sendiri dengan menentukan pilihan sendiri saja tak memiliki daya dan upaya. Patronasase yang senioristik dan premanisme yang diteguhkan hari ini nampaknya telah usang, karena kita bukan lagi hidup di zaman kolonialisme yang membelenggu nalar kritis.
Dalam Peran Dunia 1 Woodrow Wilson dan Norman Angell telah menyampaikan gagasan pentingnya yang harus kita ilhami bersama bahwa manusia adalah makhluk yang rasional, tentu bersandar pada kondisi yang objektif tanpa diselingi hal-hal yang subjektif, hal ini yang justru mengembalikan kita kepada masa kejumudan ( krisis berpikir ). Mari hilangkan segala bentuk kolonialisme di civitas akdemik perguruan tinggi, untuk tetap menjaga marwah intelektual dengan memerdekakan setiap individu berdasarkan haluan dan pijakan yang ditempuh. Mengutip apa yang menjadi jargon Tentara Nasional Indonesia (TNI) "Jangan membenarkan kebiasaan, tapi biasalah benar". Kami tidak sudi dipimpin oleh pemimpin yang tidak merdeka, apalagi ingin memerdekankan kami yang dipimpin. Yang kau tawarkan bak omong kosong di tengah gemuruh angin ribut !







0 komentar:
Posting Komentar