Perjalanan sejarah umat manusia di berbagai belahan bumi sungguh banyak ditopang oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Ia seperti cahaya yang memandu perjalanan manusia di tengah kebimbangan dan kegelapan. Ada sebuah adagium yang mengatakan bahwa tanpa ilmu pengetahuan manusia laksana binatang, ini semacam pernyataan afirmasi bahwa sebab ilmu pengetahuanlah yang memberikan corak dalam sebuah peradaban luhur umat manusia. Tentu setiap bangsa, generasi dan wilayah memiliki kontribusi dan identitas tersendiri dalam perjalanan peradaban baik peradaban di Timur dan Barat sedari Sebelum Masehi (SM) hingga sekarang.
Ada hal yang menarik ketika Peradaban Timur yang melibatkan negara-negara Asia mulai mengalami pasang-surut dari puncak peradaban di abad 16, di sisi lain justru Barat yang melibatkan negara-negara Eropa-Amerika mengalami transisi menuju masa renaissance (pencerahan). Renaissance adalah sebuah keadaan dimana Barat mendobrak beragam ilmu pengetahuan. Kondisi tersebut seperti secerah cahaya bagi Barat untuk bangkit dari riuh rendahnya Peradaban Timur kala itu. Di saat Timur mulai lesu terhadap ilmu pengetahuan, renaissance Barat berimplikasi hingga ke wilayah Timur jauh, tidak terkecuali Indonesia. Trend peradaban modern Barat pasca renaissance justru makin menggeliat dan mendominasi hampir di seluruh sektor ilmu pengetahuan hingga kini abad 21.
Penulis sekedar ingin menandaskan bahwa tidak ada peradaban bangsa mana pun yang terlahir tanpa keterlibatan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia bukan kondisi yang lahir dari sebuah mantera magic belaka. Tetapi, bukan juga hendak mendeskreditkan Timur dan mengagungkan Barat dalam sejarah peradaban umat manusia, namun kita harus mengakui peradaban Barat yang terus konsisten mewarnai peradaban umat manusia dengan ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika negara-negara Eropa-Amerika mengalami segnifikansi perkembangan dan kemajuan yang sangat fantastis.
Fase dan rentetan dari materialisme historis demikian mungkin pernah kita dengar, namun jarang sekali diambil hikmahnya. Membentuk peradaban yang positif memang tidaklah instan dan mudah. Peradaban Timur termasuk Indonesia harus menjadi rising star bagi peradaban umat manusia . Membangun peradaban yang baik bagi Indonesia salah satunya dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus distimulasi oleh semangat literasi, tanpa itu semua harapan semu dan nihilisme akan menjadi hal sia-sia.
Mengingat hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara, adapun data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Alih-alih ingin berpartisipasi dalam peradaban umat manusia, minat leterasi kita jauh pangggang dari api.
Cukup nahas, kendati demikian kita tidak boleh pasrah pada kenyataan. Penambahan kuantitas demografi di Indonesia harus selaras dengan pertumbuhan kualitas yang memadai. Kondisi ini bisa di sinergiskan antara pemerintah pusat dan daerah-daerah yang ada di Indonesia tidak terkecuali domisili penulis di Tulang Bawang Barat Lampung. Karena daerah terdalam, terdepan dan terluar (3T) acap kali mengalami ketertinggalan arus ilmu pengetahuan dibandingkan daerah perkotaan.
Maka dari itu, Tulang Bawang Barat hendaknya menjadi stereotype bagi daerah-daerah di Indonesia lainnya, sebagai daerah gugus terdepan yang konsisten dan komitmen mendukung semangat literasi masyarakat Tulang Bawang Barat. Konsistensi dan komitmen dukungan Pemerintah Tulang Bawang Barat dan dinas terkait terhadap literasi, dapat dinilai melalui partisipasi yang dilakukan salah satunya dengan pembangunan Perpustakaan Daerah di Tulang Bawang Barat.
Perpustakaan Daerah dapat menjadi jalan alternatif untuk menumbuhkan semangat literasi di tengah kebuntuan literasi Indonesia secara nasional. Selain itu, pembangunan Perpustakaan Daerah yang bertaraf Internasional dan tetap berbasis pada hal akademis, kekinian dan nyaman bagi kalangan masyarakat secara umum dan terkhusus kaum terpelajar dan pengajar Tulang Bawang Barat. Dengan demikian, pemerintah Tulang Bawang Barat dan dinas terkait mendukung secara struktural dan kulktural terhadap iklim literasi untuk terus berupaya membina dan mengembangkan kualitas masyarakat Tulang Bawang Barat yang cerdas kompetitif dan berkemajuan.
Rancangan pembangunan jangka pendek sekaligus panjang ini, merupakan strategi terkini bagi kondisi yang dihadapi Indonesia dan daerah daerah lainnya, tidak terkecuali Tulang Bawang Barat, urgensi ini berguna untuk beberapa hal;
1. Mengantisipasi ketertinggalan masyarakat daerah dengan menghidupkan semangat literasi Tulang Bawang Barat
2. Sebagai langkah tepat yang dapat di lakukan dalam upaya mempersiapkan bonus demografi yang akan terus dihadapi Indonesia beberapa tahun mendatang, dimana rasio usia produktif (15-65 tahun) lebih banyak di bandingkan usia non produktif (balita, anak-anak dan lansia). Data menunjukan usia produktif laki-laki dan perempuan di Provinsi Lampung tahun 2015 berkisar 5.418.309 dari total 8.109.601 (https://lampung.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/48). Adapun data LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) 70% dari total jumlah penduduk kita adalah usia angkatan kerja, namun kualitasnya masih relatif rendah sehingga berdampak pada pasar tenaga kerja di Indonesia (http://lipi.go.id/berita/jumlah-usia-produktif-besar-indonesia-berpeluang-tingkatkan-produktivitas/15220)
3. Mengantisipasi lemahnya masyarakat Tulang Bawang Barat dalam kompetisi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan global yang semakin dekat di kehidupan kita sehari-hari
Diharapkan adanya Perpustakaan Daerah berikut optimalisasinya dapat menjadi wadah multiguna bagi interaksi komunitas, organisasi setempat serta mampu memberikan stimulan bagi generasi daerah Tulang Bawang Barat untuk bertukar ide atau gagasan yang transformatif, kreatif dan solutif. Perlu adanya keterlibatan semua pihak apapun bidang serta profesinya, kita adalah pelopor perubahan dan pembaharuan positif. Lebih-lebih generasi muda daerah yang akan menjadi bagian estafet sejarah masa depan Indonesia dan Dunia.
Mengutip pemikiran Pramoedya Ananta Toer “sejarah dunia adalah sejarah orang muda, jika angkatan muda mati rasa, matilah generasi bangsa”. Membangun kapasitas sumber daya masyarakat Tulang Bawang Barat dengan semangat literasi, melalui Perpustakaan Daerah adalah upaya penyelamatan generasi muda dari keterpurukan zaman, untuk Tulang Bawang Barat yang cerdas, kompetitif dan berkemajuan.
Di sisi lain, penanaman semangat literasi demi sebuah ilmu pengetahuan, melalui Perpustakaan Daerah merupakan salah satu kontribusi konkret Tulang Bawang Barat untuk sebuah investasi peradaban yang akan dituai oleh Indonesia dan umat manusia di masa depan. Maka jangan biarkan generasi muda daerah Tulang Bawang Barat hanyut dalam kebimbangan dan kegelapan ilmu pengetahuan.











